MODEL PEMBELAJARAN BERBAHASA LISAN DAN TULISAN - Primary School Education Web \ Batman Begins - Help Select
Headlines News :
Home » » MODEL PEMBELAJARAN BERBAHASA LISAN DAN TULISAN

MODEL PEMBELAJARAN BERBAHASA LISAN DAN TULISAN

Written By Unknown on Jumat, 25 Juli 2014 | Jumat, Juli 25, 2014

 METODE PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH
Metode pembelajaran bahasa Indonesia Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) di kelas rendah adalah sebagai berikut:
1)      Metode Eja/Abjad
Metode ini merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelajaran pertama dimulai dengan pengenalan abjad “a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya. Guru sering mengajarkannya melalui lagu ABC. Lagu ini ada dalam berbagai bahasa setelah siswa menguasai huruf-huruf itu.Guru merangkai huruf-huruf konsonan dengan huruf vokal menjadi sukukata. Suku-suku kata dirangkai menjadi kata, dan kata-kata dirangkaikan menjadi kalimat.
Penggunaan metode ini kerap kali menimbulkan kecenderungan mengeja, yaitu membaca huruf demi huruf. Kecenderungan ini menghambat proses penguasaan kemampuan membaca permulaaan.
B, a à ba (dibaca be. Aà ba)
D, u à du (dibaca de. Uà du)
Ba-du dilafalkan badu
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Menulis huruf lepas
2). Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
3). Merangkaikan suku kata menjadi kata
4). Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)

2)      Metode Bunyi
Metode ini juga merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelaksanaannya hampir sama dengan metode abjad. Namun, huruf-huruf tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan nama bunyinya. Jadi, huruf “m” tidak diucapkan sebagai [ɛm] atau [ɚm] melainkan [m]. Bunyi-bunyi konsonan dirangkai dengan bunyi vokal sehingga membentuk suku kata. Suku kata dirangkai menjadi kata, dan akhirnya kata-kata dirangkai menjadi kalimat. Baik metode abjad maupun metode bunyi sering menggunakan kata-kata lepas untuk latihan membaca.
ma – ma                       ru – sa
ma –na                         ra – si
na – ma                        dan seterusnya.
i – na
a – na
ni – na
3)      Metode suku kata dan metode kata
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya. Suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna. Misalnya:
ba – bi                       cu – ci              da – da                        ka – ki
ba – bu                      ca – ci              du – da                        ku – ku
bi – bi                        ci – ca              da – du                        ka – ku
ba – ca                       ka – ca             du – ka                        ku – da
Kemudian suku kata dirangkai menjadi kata kemudian menjadi kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud, seperti tampak pada contoh di bawah ini.
ka – ki                       ku – da
ba – ca                       bu – ku
cu –ci                        ka – ki (dan seterusnya)
Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata dan kata ke dalam suku-suku kata. Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini, yakni Metode Rangkai Kupas.
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan metode suku kata adalah: Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata. Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata. Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana. Tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimatà  kata-kata à suku-suku kata)
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses “pengupasan” dan “perangkaian”. Oleh karena itu, metode ini dikenal juga sebagai “Metode Kupas Rangkai”. Sebagian orang menyebutnya “Metode Kata” atau “Metode Kata Lembaga”.
4)      Metode Global
Global memiliki arti secara utuh atau bulat. Yang disajikan pertama kali dalam metode global kepada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Gambar itu ditujukkan untuk mengingatkan siswa kepada kalimat yang ada di bawahnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh, di bawah ini bahan ajar untuk MMP yang menggunakan metode global.
1)   Memperkenalkan gambar dan kalimat.
2)   Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf.
ini mama
i n i                           m a m a
i-ni                            ma-ma
i-n-i                           m-a-m-a
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i – n – i – n – a – n – i

5)      Metode Struktural Analisis Sintesis (SAS)
Metode SAS diawali dengan perkenalan struktur kalimat pada anak. Kemudian anak diajak untuk melakukan proses analitik untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang diperkenalkan pada anak untuk pertama kali akan diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil di sebut kata hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi yakni huruf. Jika dituliskan proses penguraian/penganaliosisan dalam pembelajaran Membaca Menulis Permulaan dengan metode SAS adalah sebagai berikut:
1)   Kalimat menjadi kata-kata
2)   Kata menjadi suku-suku kata
3)   Suku kata menjadi huruf-huruf
Metode SAS ini berperan baik untuk siswa. Berpikir secara analisis-sintesis dapat memberikan arah pada pemikiran yang tepat sehingga murid dapat mengetahui kedudukan dirinya dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam sekitar. Selain itu metode SAS sejalan dengan prinsip linguistik yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi sebagai kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan bahasa di bawahnya yaitu kata, suku kata, fonem (huruf-huruf). Metode ini juga menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengna perkembangan dan pengalaman bahasa siswa yang selaras dengan situasi lingkungannya. Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri sehingga siswa akan merasa lebih percaya diri atas kemampuannya. (Hairuddin, 2008)
Metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
a. Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b. Analitik yatu melakukan proses penguraian.
c. Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.                                        


2.        PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS TINGGI
Metode pembelajaran bahasa Indonesia membaca dan menulis di kelas tinggi adalah sebagai berikut.
-          Reka cerita gambar
Teknik reka cerita gambar menggunakan gambar untuk memancing siswa berbicara. Melalui stimulus gambar, guru mempersiapkan gambar benda tertentu seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, mobil, kereta api, kapal, dan sebagainya. Gambar itu dapat pula berbentuk sketsa di pasar, stasiun, di sawah, pertokoan, dan sebagainya. Siswa diinstruksikan mengamati dan memperhatikan gambar tersebut. Hasil pengamatan itu kemudian diungkapkan secara lisan.
               Model pembelajaran Reka Cerita Gambar merupakan pembelajaran bercerita berdasarkan gambar, bisa gambar satuan (terpisah) bisa pula gambar berseri/berurutan.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2.    Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (tidak harus berkelompok).
3.    Guru menunjukkan atau memasang gambar berseri (3-4 gambar).
4.    Guru mereka cerita berdasarkan gambar berseri tersebut, sementara siswa memperhatikan.
5.    Setiap kelompok Siswa mendapat kesempatan mereka cerita berdasarkan gambar tersebut dengan bimbingan guru.
6.    Guru menunjukkan atau menempelkan gambar berseri yang lain.
7.    Setiap kelompok mencoba mereka cerita berdasarkan gambar tersebut.
8.    Demikian seterusnya sampai seluruh siswa dapat mereka cerita berdasarkan gambar.
9.    Evaluasi.
10.    Kesimpulan.

-       Memerikan
Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau mendeskripsikan sesuatu. Siswa disuruh memperlihatkan sesuatu berupa benda atau gambar, kesibukan lalu lintas, melihat pemandangan atau gambar secara teliti. Kemudian siswa diminta memerikan sesuatu yang telah dilihatnya.

-       Meniru model
Meniru model berarti siswa menirukan model yang telah disajikan guru, misalnya guru memberikan bacaan bisa berupa dialog, gambar maupun cerita yang disampaikan guru serta video kemudian siswa menirukan tokoh yang ada sebagai model pembelajaran. Cara seperti ini digunakan untuk membelajarkan pelajaran drama.

-       Mengisi
Sebuah bacaan ataupun cerita bisa divariasikan dengan menghilangkan bagian cerita sehingga siswa dapat mengisinya kembali dengan kata-kata yang telah disiapkan sebelumnya. Kegiatan mengisi ini bisa dilakukan untuk membuat siswa teliti dalam menulis dan memadukan isi bacaan dengan kata-kata yang telah disiapkan sebelumnya.

-       Menyusun kembali
Kegiatan menyusun kembali merupan kegiatan yang mengasikkan karena membuat siswa menjadi teliti serta memancing pola pikir siswa untuk mengurutkan peristiwa,kalimat tumpang tindih maupun dapat dikembangkan menyusun kembali cerita dengan disajikan hanya kata inti kemudian siswa dapat menyusun kembali cerita berdasarkan kata inti tersebut.

-       Meringkas bacaan
Meringkas berarti menyingkat atau merangkum dari bahan yang telah disimak. Dengan kata lain menyimpulkan bahan simakan secara singkat dan kata-katanya sendiri. Siswa mencari intisari bahan yang disimaknya. Bahan yang disimak sebaiknya wacana yang pendek dan sederhana sesuai dengan tingkat kematangan anak.

-       Menulis bersama
Menulis bersama merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersamaan dengan teman sekelas. Kegiatan menulis bersama ini bisa dilakukan dengan cara guru mendikte catatan atau menuliskannya di papan tulis lalu semua siswa menulis bersama.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Arex
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014. Primary School Education Web - All Rights Reserved