Metode pembelajaran bahasa Indonesia Membaca dan Menulis Permulaan (MMP)
di kelas rendah adalah sebagai berikut:
1)
Metode
Eja/Abjad
Metode
ini merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelajaran pertama dimulai dengan
pengenalan abjad “a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya. Guru sering
mengajarkannya melalui lagu ABC. Lagu ini ada dalam berbagai bahasa setelah
siswa menguasai huruf-huruf itu.Guru merangkai huruf-huruf konsonan dengan
huruf vokal menjadi sukukata. Suku-suku kata dirangkai menjadi kata, dan
kata-kata dirangkaikan menjadi kalimat.
Penggunaan
metode ini kerap kali menimbulkan kecenderungan mengeja, yaitu membaca huruf
demi huruf. Kecenderungan ini menghambat proses penguasaan kemampuan membaca
permulaaan.
B, a à
ba (dibaca be. Aà
ba)
D,
u à
du (dibaca de. Uà
du)
Ba-du
dilafalkan badu
Metode
eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis
dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu
pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan
pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1).
Menulis huruf lepas
2).
Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
3).
Merangkaikan suku kata menjadi kata
4).
Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)
2)
Metode
Bunyi
Metode
ini juga merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelaksanaannya hampir sama
dengan metode abjad. Namun, huruf-huruf tidak disebut dengan nama abjadnya,
melainkan nama bunyinya. Jadi, huruf “m” tidak diucapkan sebagai [ɛm] atau [ɚm]
melainkan [m]. Bunyi-bunyi konsonan dirangkai dengan bunyi vokal sehingga
membentuk suku kata. Suku kata dirangkai menjadi kata, dan akhirnya kata-kata
dirangkai menjadi kalimat. Baik metode abjad maupun metode bunyi sering
menggunakan kata-kata lepas untuk latihan membaca.
ma – ma ru
– sa
ma –na ra
– si
na – ma dan
seterusnya.
i – na
a – na
ni – na
3)
Metode
suku kata dan metode kata
Metode
ini diawali dengan pengenalan suku kata,seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu,
ce, co, dan seterusnya. Suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi
kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat
membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna. Misalnya:
ba
– bi cu – ci da – da ka – ki
ba
– bu ca – ci du – da ku – ku
bi
– bi ci – ca da – du ka – ku
ba
– ca ka – ca du – ka ku – da
Kemudian
suku kata dirangkai menjadi kata kemudian menjadi kalimat sederhana. Contoh
perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud, seperti tampak pada contoh di bawah
ini.
ka – ki ku
– da
ba – ca bu
– ku
cu –ci ka
– ki (dan seterusnya)
Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat
sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian
bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari
kalimat ke dalam kata dan kata ke dalam suku-suku kata. Proses pembelajaran MMP
yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah
lain untuk metode ini, yakni Metode Rangkai Kupas.
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan metode suku
kata adalah: Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata. Tahap kedua, perangkaian
suku-suku kata menjadi kata. Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat
sederhana. Tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan
(kalimatà kata-kata à suku-suku kata)
Proses
pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses “pengupasan”
dan “perangkaian”. Oleh karena itu, metode ini dikenal juga sebagai “Metode
Kupas Rangkai”. Sebagian orang menyebutnya “Metode Kata” atau “Metode Kata
Lembaga”.
4)
Metode
Global
Global
memiliki arti secara utuh atau bulat. Yang disajikan pertama kali dalam metode
global kepada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan di
bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. Gambar itu ditujukkan untuk
mengingatkan siswa kepada kalimat yang ada di bawahnya. Setelah berkali-kali
membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.
Sebagai
contoh, di bawah ini bahan ajar untuk MMP yang menggunakan metode global.
1) Memperkenalkan
gambar dan kalimat.
2)
Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata;
kata menjadi suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf.
ini mama
i n i m a m a
i-ni ma-ma
i-n-i m-a-m-a
Langkah-langkah
penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa
membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i – n – i – n – a
– n – i
5)
Metode
Struktural Analisis Sintesis (SAS)
Metode
SAS diawali dengan perkenalan struktur kalimat pada anak. Kemudian anak diajak
untuk melakukan proses analitik untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang
diperkenalkan pada anak untuk pertama kali akan diuraikan ke dalam
satuan-satuan bahasa yang lebih kecil di sebut kata hingga sampai pada wujud
satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi yakni huruf. Jika
dituliskan proses penguraian/penganaliosisan dalam pembelajaran Membaca Menulis
Permulaan dengan metode SAS adalah sebagai berikut:
1) Kalimat
menjadi kata-kata
2) Kata
menjadi suku-suku kata
3)
Suku kata menjadi huruf-huruf
Metode
SAS ini berperan baik untuk siswa. Berpikir secara analisis-sintesis dapat
memberikan arah pada pemikiran yang tepat sehingga murid dapat mengetahui
kedudukan dirinya dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam sekitar. Selain
itu metode SAS sejalan dengan prinsip linguistik yang memandang satuan bahasa
terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi sebagai kalimat. Kalimat dibentuk
oleh satuan-satuan bahasa di bawahnya yaitu kata, suku kata, fonem (huruf-huruf).
Metode ini juga menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengna perkembangan dan
pengalaman bahasa siswa yang selaras dengan situasi lingkungannya. Metode ini
sesuai dengan prinsip inkuiri sehingga siswa akan merasa lebih percaya diri
atas kemampuannya. (Hairuddin, 2008)
Metode
SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
a.
Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b.
Analitik yatu melakukan proses penguraian.
c. Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur
semula.
2.
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS TINGGI
Metode
pembelajaran bahasa Indonesia membaca dan menulis di kelas tinggi adalah
sebagai berikut.
-
Reka cerita gambar
Teknik
reka cerita gambar menggunakan gambar untuk memancing siswa berbicara. Melalui
stimulus gambar, guru mempersiapkan gambar benda tertentu seperti binatang,
tumbuh-tumbuhan, mobil, kereta api, kapal, dan sebagainya. Gambar itu dapat
pula berbentuk sketsa di pasar, stasiun, di sawah, pertokoan, dan sebagainya.
Siswa diinstruksikan mengamati dan memperhatikan gambar tersebut. Hasil
pengamatan itu kemudian diungkapkan secara lisan.
Model pembelajaran Reka Cerita Gambar merupakan
pembelajaran bercerita berdasarkan gambar, bisa gambar satuan (terpisah) bisa
pula gambar berseri/berurutan.
Salah satu
contoh langkah-langkah pembelajarannya,
sebagai berikut :
1.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran/KD.
2.
Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok (tidak harus berkelompok).
3.
Guru menunjukkan atau memasang
gambar berseri (3-4 gambar).
4.
Guru mereka cerita berdasarkan
gambar berseri tersebut, sementara siswa memperhatikan.
5.
Setiap kelompok Siswa mendapat
kesempatan mereka cerita berdasarkan gambar tersebut dengan bimbingan guru.
6.
Guru menunjukkan atau
menempelkan gambar berseri yang lain.
7.
Setiap kelompok mencoba mereka
cerita berdasarkan gambar tersebut.
8.
Demikian seterusnya sampai
seluruh siswa dapat mereka cerita berdasarkan gambar.
9.
Evaluasi.
10. Kesimpulan.
-
Memerikan
Memerikan berarti
menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau mendeskripsikan sesuatu. Siswa
disuruh memperlihatkan sesuatu berupa benda atau gambar, kesibukan lalu lintas,
melihat pemandangan atau gambar secara teliti. Kemudian siswa diminta memerikan
sesuatu yang telah dilihatnya.
-
Meniru model
Meniru model berarti siswa menirukan model yang telah disajikan guru,
misalnya guru memberikan bacaan bisa berupa dialog, gambar maupun cerita yang
disampaikan guru serta video kemudian siswa menirukan tokoh yang ada sebagai
model pembelajaran. Cara seperti ini digunakan untuk membelajarkan pelajaran
drama.
-
Mengisi
Sebuah
bacaan ataupun cerita bisa divariasikan dengan menghilangkan bagian cerita
sehingga siswa dapat mengisinya kembali dengan kata-kata yang telah disiapkan
sebelumnya. Kegiatan mengisi ini bisa dilakukan untuk membuat siswa teliti
dalam menulis dan memadukan isi bacaan dengan kata-kata yang telah disiapkan
sebelumnya.
-
Menyusun kembali
Kegiatan menyusun kembali merupan kegiatan yang mengasikkan karena
membuat siswa menjadi teliti serta memancing pola pikir siswa untuk mengurutkan
peristiwa,kalimat tumpang tindih maupun dapat dikembangkan menyusun kembali
cerita dengan disajikan hanya kata inti kemudian siswa dapat menyusun kembali
cerita berdasarkan kata inti tersebut.
-
Meringkas bacaan
Meringkas berarti menyingkat atau merangkum dari bahan yang telah
disimak. Dengan kata lain menyimpulkan bahan simakan secara singkat dan
kata-katanya sendiri. Siswa mencari intisari bahan yang disimaknya. Bahan yang
disimak sebaiknya wacana yang pendek dan sederhana sesuai dengan tingkat
kematangan anak.
-
Menulis bersama
Menulis
bersama merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersamaan dengan teman
sekelas. Kegiatan menulis bersama ini bisa dilakukan dengan cara guru mendikte
catatan atau menuliskannya di papan tulis lalu semua siswa menulis bersama.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !