Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan kekuatan dan petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah sebagai tugas pada mata kuliah pengembangan pembelajaran matematika SD
Saya menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini
berkat bantuan dan tuntunan Tuhan yang dan bantuan berbagai pihak, Untuk itu dalam
kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan dan saran.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Salatiga, Juni 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHUHULAN
............................................................................................... 3
1. Latar
Belakang .................................................................................................. 3
2. Rumusan
Masalah ............................................................................................. 4
3. Tujuan ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
1. Pengertian
Teori Belajar menurut Z. P. Dienes ...................................................... 5
- Konsep matematika menurut Dienes ....................................................................... 6
- Tahap – Tahap Belajar Menurut Dienes .................................................................. 7
- Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Dienes ................................................... 9
- Pengajaran Konsep Matematika yang Lebih Sulit Harus Dikembangkan Secara Kongkret agar Dapat Dipahami dengan Tepat......................................................... 9
1. Penerapan
Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika .....................................
10
- Metode Permainan ................................................................................................... 11
- Pendekatan Induktif ................................................................................................ 13
BAB III PENUTUP
............................................................................................................ 14
1. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
15
BAB I
Pengajaran matematika bertujuan antara lain agar siswa
memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Hal ini mengisyaratkan bahwa
pelajaran matematika pada dasarnya sangatlah abstrak, sehingga diperlukan
metode atau strategi dalam menyampaikan materi matematika yang abstrak tersebut
menjadi konkret, selanjutnya dari permasalahan yang konkret tesebut baru
dialihkan kebentuk konsep-konsep matematika yang abstrak. Untuk mengawali
penyampaian materi matematika yang abstrak melalui konkret itu dapat berpedoman
pada teori belajar Dienes. Pada teori belajar Dienes, ditekankan pembentukan
konsep-konsep melalui permainan yang mengarah pada pembentukkan konsep yang abstrak.
Dengan demikian teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan dalam
pembelajaran matematika.
Penyajian pembelajaran matematika saat ini tidak
terlepas dari teori psikologi pembelajaran kognitivisme. Galloway (Ratumanan,
2004) mengemukakan bahwa belajar suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain. Proses belajar
meliputi pengaturan stimulus yang diterima dengan struktur kognitif yang
terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pengalaman-pengalaman
sebelumnya.
B.
Rumusan Masalah
- Apa pengertian belajar menurut teori Z. P. Dienes?
- Apa saja konsep matematika menurut Dienes?
- Apa saja yang termasuk tahap – tahap belajar menurut Dienes ?
- Apakah kelebihan dan kekurangan teori belajar dienes ?
- Bagaimana pengajaran konsep matematika yang lebih sulit harus dikembangkan secara kongkret agar dapat dipahami dengan tepat?
- Bagaimana penerapan teori Dienes dalam pembelajaran matematika?
- Metode dan pendekatan apa yang sesuai dengan teori belajar Dienes?
C.
Tujuan
- Untuk memberikan informasi tentang pengertian belajar menurut teori Z. P. Dienes.
- Untuk memberikan informasi tentang konsep matematika menurut Dienes.
- Untuk memberikan informasi tentang tahapan belajar menurut Dienes.
- Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar dienes.
- Untuk mengetahui pengajaran konsep matematika yang lebih sulit harus dikembangkan secara kongkret agar dapat dipahami dengan tepat.
- Untuk mengetahui penerapan teori Dienes dalam pembelajaran matematika.
- Untuk mengetahui metode dan pendekatan yang sesuai dengan teori belajar Dienes.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teori Belajar Z. P. Dienes
Menurut Dienes (dalam Ruseffendi,
1992) pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur,
memisah-misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan
mengkategorikan hubungan-hubungan diantara struktur-struktur. Seperti halnya
dengan Bruner, Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam
matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami dengan
baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk
permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran
matematika.
Permainan matematika sangat penting sebab operasi
matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara kongkret dan
lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Dapat
dikatakan bahwa objek-objek kongkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan
sangat penting dalam pembelajaran matematika jika dimanipulasi dengan baik.
Semakin banyak bentuk-bentuk yang berlainan yang
diberikan dalam konsep-konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang dipahami
anak, karena anak-anak akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan
matematis dalam konsep yang dipelajarinya itu.
Di dalam mencari kesamaan sifat anak-anak mulai
diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang
sedang diikuti. Untuk melatih anak-anak dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini,
guru perlu mengarahkan mereka dengan mentranslasikan kesamaan struktur dari
bentuk permainan yang satu ke bentuk permainan lainnya. Translasi ini tentu
tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula.
B. Konsep
Matematika Menurut Dienes
Menurut Dienes matematika sebagai
penyelidikan tentang struktur, pengklasifikasian struktur, memilah-milah
hubungan di dalam struktur, dan membuat kategorisasi hubungan-hubungan di
antara struktur-struktur. Ia yakin bahwa setiap konsep atau prinsip matematika
dapat dipahami dengan tepat jika mula-mula disajikan melalui berbagai
representasi konkret/fisik. Dienes menggunakan istilah konsep untuk menunjuk
suatu struktur matematika, suatu definisi tentang konsep yang jauh lebih luas
daripada definisi Gagne.
Menurut Dienes, ada tiga jenis konsep matematika yaitu
konsep murni matematika, konsep notasi, dan konsep terapan.
1. Konsep murni matematika
Konsep matematis murni berhubungan dengan klasifikasi
bilangan-bilangan dan hubungan-hubungan antar bilangan, dan sepenuhnya bebas
dari cara bagaimana bilangan-bilangan itu disajikan.
2. Konsep notasi
Menurut Dienes sifat-sifat bilangan yang merupakan
akibat langsung dari cara penyajian bilangan. Fakta bahwa dalam basis sepuluh, 275
berarti 2 ratusan ditambah 7 puluhan ditambah 5 satuan merupakan akibat dari
notasi nilai tempat dalam menyajikan bilangan-bilangan yang didasarkan pada
sistem pangkat dari sepuluh. Pemilihan sistem notasi yang sesuai untuk berbagai
cabang matematika adalah faktor penting dalam pengembangan dan perluasan
matematika selanjutnya.
3. Konsep terapan
Penerapan dari konsep matematika murni dan notasi
untuk penyelesaian masalah dalam matematika dan dalam bidang-bidang yang
berhubungan. Panjang, luas dan volume adalah konsep matematika terapan.
Konsep-konsep terapan hendaknya diberikan kepada siswa setelah mereka
mempelajari konsep matematika murni dan notasi sebagai prasyarat. Konsep-konsep
murni hendaknya dipelajari oleh siswa sebelum mempelajari konsep notasi, jika
dibalik para siswa hanya akan menghafal pola-pola bagaimana memanipulasi
simbol-simbol tanpa pemahaman konsep matematika murni yang mendasarinya. Dienes
memandang belajar konsep sebagai seni kreatif yang tidak dapat dijelaskan oleh
teori stimulus-respon manapun seperti tahap-tahap belajar Gagne. Dienes percaya
bahwa semua abstraksi didasarkan pada intuisi dan pengalaman konkret; akibatnya
sistem pembelajaran matematika Dienes menekankan laboratorium matematika,
objek-objek yang dapat dimanipulasi, dan permainan matematika.
C. Tahap – Tahap
Belajar Menurut Dienes
Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1992:125-127),
konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap
tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu:
1.
Permainan Bebas (Free Play)
Menurut Dienes di dalam setiap tahap belajar, tahap
yang paling awal dari pengembangan konsep bermula dari permainan bebas.
Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak
berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur
benda. Selama permainan pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai
membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk
memahami konsep yang sedang dipelajari. Tahap ini merupakan tahap yang penting
sebab pengalaman pertama, peserta didik berhadapan dengan konsep baru melalui
interaksi dengan lingkungannya yang mengandung representasi konkrit dari konsep
itu.
2.
Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
Menurut Dienes di dalam permainan yang disertai aturan
siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep
tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak
terdapat dalam konsep yang lainnya. Jelaslah, dengan melalui permainan siswa
diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana struktur matematika itu.
Makin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, akan
semakin jelas konsep yang dipahami siswa, karena akan memperoleh hal-hal yang
bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajari itu.Sehingga peserta
didik itu siap untuk memainkan permainan tersebut dengan baik.
3.
Permainan Kesamaan Sifat (Searching
for communalities)
Menurut Dienes di dalam mencari kesamaan sifat siswa
mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan
yang sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru
perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan kesamaan struktur dari bentuk
permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak
yang ada dalam permainan semula.
4.
Permainan Representasi (Representation)
Menurut Dienes representasi adalah tahap pengambilan
sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para siswa menentukan representasi
dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka berhasil menyimpulkan kesamaan
sifat yang terdapat dalam situasi-situasi yang dihadapinya itu. Representasi
yang diperoleh ini bersifat abstrak, Dengan demikian telah mengarah pada
pengertian struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep
yang sedang dipelajari.
5.
Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
Permainan dengan simbolisasi termasuk tahap belajar
konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari setiap
konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan
verbal.
6.
Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
Permainan dengan formalisasi merupakan tahap belajar
konsep yang terakhir. Dalam tahap ini siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan
sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.
Contohnya, anak didik telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika
seperti aksioma, harus mampu merumuskan suatu teorema berdasarkan aksioma,
dalam arti membuktikan teorema tersebut. Karso (1999:1.20) menyatakan, pada
tahap formalisasi anak tidak hanya mampu merumuskan teorema serta
membuktikannya secara deduktif, tetapi mereka sudah mempunyai pengetahuan
tentang sistem yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang terlibat satu
sama lainnya. Misalnya bilangan bulat dengan operasi penjumlahan peserta
sifat-sifat tertutup, komutatif, asosiatif, adanya elemen identitas dan
mempunyai elemen invers, membentuk sebuah sistem matematika. Anak didik pada
masa ini bermain dengan simbol dan aturan dengan bentuk-bentuk konkret dan
mereka memanipulasi untuk mengatur serta mengelompokkan aturan-aturan.
D.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Dienes
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan teori belajar
Dienes antara lain:
·
Kelebihan teori belajar Dienes :
4.
Dengan
menggunakan benda-benda konkret, siswa dapat lebih memahami konsep dengan
benar,
5.
Susunan belajar
akan lebih hidup, menyenangkan, dan tidak membosankan
6.
Dominasi guru berkurang dan siswa lebih aktif
7.
Konsep yang lebih baik dipahami dapat lebih mengakar
karena siswa membuktikannya sendiri.
8.
Dengan banyaknya contoh dengan melakukan permainan
siswa dapat menerapkan ke dalam situasi yang lain.
·
Kelemahan teori belajar Dienes :
1.
Tidak semua materi dapat menggunakan teori belajar
Dienes, karena teori ini lebih mengarah kepermainan
2.
Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama
3.
Bila pengajar tidak memiliki kemampuan mengarah siswa
maka siswa cenderung hanya bermain tanpa berusaha memahami konsep.
E. Pengajaran Konsep Matematika yang
Lebih Sulit Harus Dikembangkan Secara Kongkret agar Dapat Dipahami dengan Tepat
Menurut Dienes (dalam Resnick, 1981)
menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton) berlangsung selama
belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan
materi matematika secara kongkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan
tepat. Dienes berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai
penyajian (multiple embodiment),
sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang dapat
mengembangkan minat anak didik. Berbagai penyajian materi (multiple embodinent) dapat
mempermudah proses pengklasifikasian abstraksi konsep.
Menurut Dienes, variasi sajiannya
hendaknya tampak berbeda antara satu dan lainya sesuai dengan prinsip
variabilitas perseptual (perseptual
variability), sehingga anak didik dapat melihat struktur dari
berbagai pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya imajinasinya terhadap
setiap konsep matematika yang disajikan. Berbagai sajian (multiple embodiment) juga membuat
adanya manipulasi secara penuh tentang variabel-variabel matematika. Variasi
matematika dimaksud untuk membuat lebih jelas mengenai sejauh mana sebuah
konsep dapat digeneralisasi terhada konteks yang lain. Dengan demikian, semakin
banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, semakin
jelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut.
Berhubungan dengan tahap belajar,
suatu anak didik dihadapkan pada permainan yang terkontrol dengan berbagai
sajian. Kegiatan ini menggunakan kesempatan untuk membantu anak didik menemukan
cara-cara dan juga untuk mendiskusikan temuan-temuannya. Langkah selanjutnya,
menurut Dienes, adalah memotivasi anak didik untuk mengabstraksikan pelajaran
tanda material kongkret dengan gambar yang sederhana, grafik, peta dan akhirnya
memadukan simbolo-simbol dengan konsep tersebut. Langkah-langkah ini merupakan
suatu cara untuk memberi kesempatan kepada anak didik ikut berpartisipasi dalam
proses penemuan dan formalisasi melalui percobaan matematika. Proses
pembelajaran ini juga lebih melibatkan anak didik pada kegiatan belajar secara
aktif daripada hanya sekedar menghapal. Pentingnya simbolisasi adalah untuk
meningkatkan kegiatan matematika ke satu bidang baru.
Dari sudut pandang tahap belajar,
peranan guru adalah untuk mengatur belajar anak didik dalam memahami bentuk
aturan-aturan susunan benda walaupun dalam skala kecil. Anak didik pada masa
ini bermain dengan simbol dan aturan dengan bentuk-bentuk kongkret dan mereka
memanipulasi untuk mengatur serta mengelompokkan aturan-aturan Anak harus mampu
mengubah fase manipulasi kongkret, agar pada suatu waktu simbol tetap terkait
dengan pengalaman kongkret menghapal. Pentingnya simbolisasi adalah untuk
meningkatkan kegiatan matematika ke satu bidang baru.
F. Penerapan
Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika
Di dalam menerapkan enam tahap
belajar konsep dari Dienes untuk merancang pembelajaran matematika, mungkin
suatu tahap (bisa tahap bermain bebas) tidak cocok bagi para siswa atau
kegiatan-kegiatan untuk dua atau tiga tahap dapat digabung menjadi satu kegiatan.
Mungkin perlu dirancang kegiatan-kegiatan belajar khusus untuk setiap tahap
jika kita mengajar siswa-siswa kelas rendah, tetapi untuk siswa-siswa SMP
dimungkinkan menghilangkan tahap-tahap tertentu dalam mempelajari beberapa
konsep.
Model mengajar matematika dari
Dienes hendaknya diperlakukan sebagai pedoman, dan bukan sekumpulan aturan yang
harus diikuti secara ketat. Konsep perkalian bilangan bulat negatif bisa sebagai
contoh bagaimana tahap-tahap Dienes dapat digunakan sebagai pedoman dalam
merancang kegiatan mengajar/belajar. Karena hampir semua siswa belajar
menambah, mengurang, mengalikan dan membagi bilangan-bilangan asli, dan
menambah dan mengurang bilangan-bilangan bulat sebelum belajar mengalikan
bilangan bulat, kita berasumsi bahwa konsep-konsep dan
keterampilan-keterampilan itu telah dikuasai oleh para siswa, sedangkan
kenyataannya konsep tersebut belum dikuasai oleh setiap siswa.
G. Metode
Permainan
Metode permainan matematika adalah
sesuatu kegiatan yang menyenangkan yang dapat menunjang tujuan instruksional
dalam pengajaran matematika baik aspek kognitif, afektifr, maupun
psikomotor. Kita perlu membatasi penggunaan permainan yang hanya sekedar
permainan yang membuat orang senang, ketawa, dan lain – lain, tetapi tidak
menunjang tujuan instruksional dalam pengajaran matematika. Permainan
matematika itu supaya dipergunakan secara berencana, tujuan instruksionalnya
jelas, tepat penggunaannya, dan tepat pula waktunya. Bila demikian permainan
matematika itu akan merupakan alat yang efektif untuk belajar.
Biasanya bermain peran identik
dengan bermain drama. Pembelajaran dengan bermain peran biasanya hanya
dikaitkan dengan pembelajaran bahasa. Sebenarnya bermain peran dapat dilakukan
dalam pembelajaran matematika yaitu pada pembelajaran bilangan, hanya saja
pembelajaran dengan cara ini lebih tepatnya untuk permainan sebagai selingan
dalam pembelajaran matematika dan sebagai motivasi siswa untuk menyukai
matematika.
Sedangkan menurut Dienes, permainan
matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut
menunjukkan aturan secara kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan
pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek
kongkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam
pembelajaran matematika jika dimanipulasi dengan baik.
konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari
dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap,
yaitu:
- Permainan Bebas (Free Play)
- Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
- Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
- Permainan Representasi (Representation)
- Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
- Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
Belajar dengan permainan bisa
menjadikan pembelajaran matematika yang awalnya sulit menjadi mudah dan
menyenangkan. Misalnya peserta didik dalam belajar bilangan bulat, pada awal
pembelajaran sebelum dilakukan pembelajaran materi bilangan bulat dengan maksud
untuk mengetahui kemampuan awal siswa, menarik minat siswa terhadap matematika,
dan membuat pembelajaran yang menyenangkan. contoh permainannya yaitu permainan
kartu sederhana berikut: guru hendaknya menyiapkan meja panjang secukupnya
untuk permainan kartu standar sedemikian hingga terdapat satu meja panjang
untuk setiap lima siswa dalam kelas. Para siswa yang bermain dalam kelompok
lima orang dan setiap anak memegang empat kartu. Setiap siswa mengelompokkan
kartu-kartunya menjadi berpasang-pasangan, kemudian mengalikan kedua bilangan
yang ditunjukkan oleh setiap pasang kartu, dan kemudian menjumlahkan kedua
hasil kali itu. Siswa yang dapat memasangkan kartu-kartunya sehingga memperoleh
jumlah hasil kali terbesar adalah pemenang dalam kelompoknya. Bilangan-bilangan
pada kartu hitam (keriting dan waru) dianggap sebagai bilangan positif, dan
bilangan-bilangan pada kartu merah (hati dan belah ketupat) sebagai bilangan
negatif. Konsekuensinya para siswa langsung dihadapkan pada masalah bagaimana
mengelompokkan kartu-kartu negatif untuk mendapatkan hasil kali dan jumlah
positif yang besar. Beberapa kelompok mungkin menyepakati aturan-aturan yang
berbeda untuk menangani hasil kali dua bilangan negatif. Sebagai contoh, kartu
hitam 2 dan 4 dan kartu merah 7 dan 5 dapat digunakan untuk membuat 2 x 4 + (-7
x -5) = 43, jika aturan yang benar bahwa hasil kali dua bilangan bulat negatif
adalah suatu bilangan bulat positif telah dirumuskan. Jika tidak, maka
bilangan-bilangan negatif tidak akan menolong dalam mengorganisasi seorang
pemenang. Beberapa siswa tentunya akan saling bertanya atau bertanya kepada
guru tentang bagaimana menyekor bilangan bulat negatif.
Pembelajaran dengan metode bermain peran dapat
dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas. Apabila pembelajaran dilakukan di
dalam kelas maka dibutuhkan tempat yang lebih luas atau lebih baik jika anak
berada di luar tempat duduknya. Pembelajaran akan terasa lebih santai jika
dilakukan di luar kelas seperti di lapangan, di halaman sekolah, ataupun di
teras kelas.
H. Pendekatan
Induktif
Pendekatan induktif suatu penalaran
dari khusus ke umum. Dalam pendekatan induktif penyajian bahan ajar dimulai
dari contoh-contoh kongkrit yang mudah dipahami siswa. Berdasarkan
contoh-contoh tersebut siswa dibimbing menyusun suatu kesimpulan., kebenaran
kesimpulan yang disusun secara indutif ini ditentukan tepat tidaknya (atau
representative tidaknya) contoh yang dipilih. Biasanya makin banyak contoh
makin besar pula tingkat kebenaran kesimpulannya.
Sebuah argumen induktif meliputi dua
komponen, yang pertama terdiri dari pernyataan/fakta yang mengakui untuk
mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian dari argumentasi itu. Kesimpulan
dari suatu argumentasi induktif tidak perlu mengikuti fakta yang Guru ajar.
Fakta mungkin membuat lebih dipercaya, tergantung sifatnya, tetapi itu tidak
bisa membuktikan dalil untuk mendukung.
Sebagai contoh, fakta bahwa 3, 5, 7,
11, dan 13 adalah semuanya bilangan prima dan masuk akal secara umum kita buat
kesimpulan bahwa semua bilangan prima adalah ganjil tetapi hal itu sama sekali
“tidak membuktikan“.
Di sini guru beresiko di dalam suatu
argumentasi induktif bahwa kejadian semacam itu sering terjadi. Karenanya,
suatu kesimpulan yang dicapai oleh induksi harus berhati-hati karena hal
seperti itu nampak layak dan hampir bisa dipastikan atau mungkin terjadi.
Sebuah argumentasi dengan induktif dapat ditandai sebagai suatu kesimpulan dari
yang diuji ke tidak diuji. Bukti yang diuji terdiri dari kejadian atau contoh
pokok-pokok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam melaksanakan pembelajaran dengan
aplikasi teori Dienes di kelas, syarat yang pasti tentang sistem pembelajaran yang
harus dilakukan adalah kita berusaha mengikuti tahapan dienes. Berhubungan
dengan tahap belajar, siswa di sini dihadapkan pada permainan yang terkontrol
dengan berbagai sajian sehingga menyenangkan bagi siswa. Kegiatan ini
menggunakan kesempatan untuk membantu siswa menemukan cara-cara dan juga untuk
mendiskusikan secara berkelompok temuan-temuannya supaya siswa memahami arti
dari konsep yang dipelajarinya sehingga akan mejadi suatu proses pembelajarn
yang bermakna bagi siswa.
Menurut Dienes langkah selanjutnya adalah
memotivasi siswa untuk menerapkan sajian benda konkrit yang diberikan dengan
gambar sederhana, grafik, peta dan akhirnya memadukan simbol-simbol dengan konsep
tersebut. Tahap ini merupakan suatu cara untuk memberi kesempatan kepada siswa
ikut berpartisipasi dalam proses penemuan dan formalisasi melalui percobaan
matematika. Proses pembelajaran ini juga lebih melibatkan siswa pada kegiatan
belajar secara aktif dari pada hanya sekedar menghafal sehingga proses belajar
mengajar akan lebih menyenangkan dan bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
http://fifinsetyani.wordpress.com/2012/12/27/makalahteori-belajar-dienes/
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !